Pisah Pertama

Cerita lanjutan dari Perjalanan Pertama

Setelah naik bus kecil menuju tempat matrikulasi, aku terdiam, tapi air mata tak bisa berhenti menetes, saat itu aku tertunduk malu sekali karna ku pikir hanya aku yang masih menangis, ketika perjalanan sudah ditempuh lebih dari setengah jam, saat ku coba melihat keadaan (tolah toleh, lihat kursi depan belakang) dan teryata semua masih menangisss 🙄🙄 karna ku merasa memiliki banyak teman, kupuaskan saja tangisku, yang awalnya hanya linangan air mata, kemudian bertambah suara merdu yang mengiri air mata  berjatuhan, dan diikutin suara tangis banyak anak, yeaay aku jadi pencetus 😏😏😏

Anak sebelahku yang bernama lulu sama sekali tidak menangis, dia mencoba menenangkanku, dia mengusap air mataku (baik bgt emang anaknya) terus aku mulai bercerita padanya betapa sulitnya aku harus berpisah sama kekuargaku padahal sebelum hari itu aku belum pernah dilepaskan sendirian, belum selesai ku cerita kemudian lulu menangis, dan parahnya dia nangis lebih kenceng, karna sebagai teman yang (mencoba) baik, ku coba tenangkannya, namun dia malah nangis tersedu-sedu, sungguh saat itu aku merasa sangat bersalah telah bercerita kepadanya 😥

Singkat cerita, selesai lomba nangis di kendaraan kita sampai tujuan…

Baris.. absen… pembagian kelompok dan ruangan untuk tidur selama beberapa hari..

Bangunan dipondok ini bagus juga, setidaknya aku bisa tidur saat malam hari” pikirku..

Tapi bukan rahasia lagi bila, harapan/angan-angan hampir selalu bermusuhan dengan realita…

Kunudhani” panggil salah satu panitia…

Ku datang padanya..

Baris dek, ikuti kelompokmu ya, nanti kalian dia antar ke tempat menginap kalian..”

Setelah dia ajak muter-muter perkenalan lokasi, sampailah daku didepan lapangan yang penuh dengan tenda, dan beberapa bilik bambu yang kemudian kutau bahwa itu adalah toilet, iya toilet tanpa air, yang setiap kita keluarkan ditampung jadi satu disatu lobang,  hanya terdapat bilik tanpa lampu, dan atap, ku hanya bisa bersabar, semoga semua ini segara kelar, (tapi karna aku gk betah aku nyewa kamar mandi warga, selama disana bayar 15 ribu)

Untung disana ku bertemu teman-teman baru yang setidaknya kita saling peduli, mereka teman tidur kanan, kiri, atas, bawah ketika ditenda, di hari pertama kita belum terbiasa berkerudung dan berfikir bahwa lingkungan itu khusus perempuan, sehingga kami berenam keluar tanpa kerudung untuk main ke tenda lain, dn seprti dugaan, kita mendapatkan hukuman untuk mengambil makan malam anak satu tenda (tpi sampai detik ini, kita tidak berfikir klo itu adalah salah) 😜

Hari kedua, ketiga, keempat, berjalan seperti biasa, lancar kagak, ada sedikit hambatan ya sudah pasti 😅😅

Hari kelima, malamnya hujan derass sekali sampai air masuk kedalam tenda, dan kabar baiknya tas saya kena air, dan beberapa baju saya basah, kita diungsikan kedalam bangunan pondok, malam itu entah jam berapa saya ditemani teman, berjalan di area jemuran yang gelap, mencekam, untung terlihat bulan yang berbaik hati menerangi, btewe terimakasih ya😘, waktu itu belum sempet ucapin, takut.

Besok paginya (hari keenam) tak diduga panitia menyuruh kita kumpul..

Acara kita hari ini ada jelajah adik-adik, sekarang kalian bersiap-siap, ganti bajunya

Semua anak mulai berhamburan untuk bersiap-siap tak terkecuali saya, sesampainya di kamar…

Nad (salah satu teman saya) celana olahragaku basah nih kemarin kena hujan, gimana ya ini”

Aku juga nu..”

Singkat cerita, anak yang baju olahraganya basah menghadap panitia dengan harapan diberikan kompensasi tidak ikut jelajah dan sekali lagi harapan dan realita jarang akrab, panitia meminta kita pakai seadaanya, karna yang masih kering hanya jeans, dan celana tidur, otomatis dong saya pakai jeans…

Ketika baris berbaris… saya yang sudah siap, sigap, dan sangat pede, ditarik salah satu panitia keluar barisan,

Heh kamu, kok pakai celana jeans, kmu bukan mau ke mall, kamu ini lagi mos, dan di pondok pula”

Pakaian olahraga saya basah kena hujan kak” jawabku singkat..

Ikut saya” pintanya, dalam hati kecil paling dalam, yes dipinjamin celana olahraga, tapi teryata..

Tunjukin mana tasmu”

Ku tunjukan pada panitia, dan digeledah, dia mengambil celana tidurku,

Pakai ini” dia menyuruhku.

Aku terdiam cukup lama..

Cepet jangan mbantah

Karna aku nurut, akhirnya aku memakai celana itu, menuju lapangan tempat berkumpul dengan rasa malu yang luar biasa.

Teman-temanku berusaha menyembunyikan tawanya, antara kasihan padaku atau takut dimarahin pula.

Dimulailah penjelajahan, sekitar 4 jam kegiatan, yang berasa 4 tahun untukku, bagaimana tidak terasa lama, sepanjang perjalanan orang-orang melihatku dengan tatapan aneh, aku yang berada di paling depan, paling tinggi satu barisan, terlihat paling mencolok dengan, kerudung merah, baju garis-garis hijau terang, dan celana tidur micky mouse warna biru-ungu, setidak-pedulinya masyarakat sekitar dengan apa yang dikenakan orang lain, pastilah pakaianku menyita perhatian orang, (bahkan sampai saat ini, aku masih keinget cara orang lain menatapku hari itu, hal yang membuat malu setengah mati bakalan keinget sampai mati), belum lagi di setiap post panitia ketawa refleks di depanku, huft 😌 oh aku lupa certain, udah keadaan seperti itu, wajahku juga dicoret-coret, dan sebagai ketua kelompok aku wajib memakai sayap-sayapan yang dibuat dari semacam jerami.

(Berhubung gak ada fotonya, kubuat ilustrasinya aja ya, sorry gambarnya jelek)

4 jam yang memalukan berakhir sudah, balik ke kamar, menangislah aku sekeras-kerasnya, sampai temanku bingung kudu gimana.

Keesokan harinya, waktunya pulang…

Turun dari bis, terlihat bapak disebrang jalan, ku lari kebapak, memeluk bapak dan menangis (lagi)

Sesampainya dirumah, ibu menyiapkan makanan kesukaanku, ku mebersihkan diri, makan, istrihat, dan bercerita kepada mereka apa yang kualami selama matrikulasi, sampai munculah suatu pertanyaan,

Apa mau tetep mondok?”

31 respons untuk ‘Pisah Pertama

  1. Ikha berkata:

    WC ‘darurat’, pasti kalau ga biasa make, ga akan bsa keluar dan merasa agak gimana gt. . 😀
    kayak di ranukumbolo, ada bangunan begitu jg. Tp pake seng dinding2nya.

    Suka

  2. Yusuf Muhammad berkata:

    6 tahun saya mondok aman-aman aja, haha.. Pas masa ospek juga alhamdulillah gak separah itu.. Karena pas mondok, masa ospeknya juga di pesantren, dan karena pesantrennya bisa dibilang pesantren modern jadi kamar mandinya bagus.. Standarlah.. 😀

    Suka

Tinggalkan komentar